IMAKAHI KEPO:
APA ITU CACAR MONYET?
Menurut WHO, cacar monyet adalah orthopoxvirus yang menyebabkan penyakit viral dengan gejala yang mirip dengan cacar pada manusia tetapi lebih ringan dibandingkan dengan kejadian pada pasien smallpox. Smallpox dinyatakan diberantas pada 1980, sedangkan cacar monyet endemik di pedesaan Afrika Tengah dan Barat. Kejadian kasus ini sering ditemukan didekat hutan hujan tropis dimana disana sering kontak dengan hewan terinfeksi. Belum ada bukti yang menyatakan adanya transmisi dari orang-ke-orang yang dapat mememungkinkan terjadinya cacar monyet pada populasi manusia (2019).
Cacar monyet merupakan penyakit zoonosis. Penyakit ini dapat ditularkan melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi kutaneus atau lesi mukosa pada hewan yang terinfeksi. Infeksi pada manusia sudah tercatat bahwa terdapat penularan melalui handling monyet yang terinfeksi, tikus raksasa Gambian dan tupai, dengan hewan pengerat yang sering kali menjadi reservoir virus.
Gejala bertahan mulai dari 14 hingga 21 hari dan meliputi: demam, sakit kepala yang intens, lymphadenopathy (pembengkakan nodus limfatikus), nyeri punggung, myalgia (nyeri otot), dan kekurangan tenaga. Ruam kulit muncul pada wajah kemudian menyebar keseluruh tubuh. Lesi-lesi ini berubah dari maculopapules menjadi vesikel, pustule, yang diikuti dengan keropeng. Diagnosa klinis harus mempertimbangkan penyakit ruam lainnya seperti smallpox, cacar ayam, campak, infekti kulit oleh bakteri, scabies, sifilis, dan alergi karena obat.
Cacar monyet hanya dapat didiagnosa secara pasti pada laboratorium khusus dengan beberapa tes. Spesimen diagnosa yang optimal berasal dari lesi-lesi—swab eksudat vesikel atau keropeng yang disimpan dalam kondisi kering, tabung steril dan penyimpanan dingin. Tidak ada perawatan spesifik atau vaksin yang tersedia untuk cacar monyet, namun outbreaknya dapat dikontrol. Vaksinasi smallpox telah terbukti 85% efektif untuk pencegahan cacar monyet namun vaksin tersebut tidak lagi tersedia setelah pemusnahan smallpox secara global.
Pencegahan terdiri dari menghindari kontak dengan hewan pengerat dan primata terutama membatasi paparan langsung dengan darah dan daging yang kurang matang. Kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau barang yang terkontaminasi harus dihindari. Sarung tangan dan pakaian pelindung lainnya harus digunakan saat handling hewan yang sedang sakit atau dari jaringan yang terinfeksi dan ketika merawat orang sakit.
Bidang PZK dari Pengurus Cabang IMAKAHI Universitas Airlangga juga mengulas tentang penyakit ini loh. Mau tahu apa kata mahasiswa FKH Unair? Penasaran bagaimana penjelasan langsung dari dosen? Yuk simak videonya
Komentar
Posting Komentar