CUWI (CATCHING UP WITH IMAKAHI): PERAN DOKTER HEWAN DI BIDANG KONSERVASI



Tahukah kamu? Dua harimau sumatera dan satu harimau benggala mati di Medan Zoo. Avatar, Nurhaliza, dan Erha, dikatakan mati karena sakit parah dalam kurun waktu lama. Harimau sumatera bernama Nurhaliza didiagnosis mengalami masalah kesehatan pernapasan, gangguan ginjal, paru dan hati, kerusakan gigi, serta dehidrasi. Yahya, keeper Binsor, harimau berusia 11 tahun mengungkap bahwa Ia merasa kehilangan atas matinya 3 harimau di Medan Zoo. Ia merasa harimau-harimau di Medan Zoo sudah seperti keluarganya sendiri. Ia juga mengatakan, kini Binsor turut berada dalam kondisi yang kurang sehat karena beberapa kali dimasukkan ke kandang besar untuk dipertontonkan kepada pengunjung. Binsor juga hanya meringkuk di pojok kandang dengan kondisi perut kempis dan tampak lemas.


Dalam beberapa waktu belakangan, diketahui bahwa Medan Zoo mengalami krisis ekonomi sejak masa pandemi. Jumlah pengunjung setelah pandemi pun turun dari yang tadinya 400 pengunjung di weekday dan 2000 pengunjung di weekend sehingga pihak Zoo mendapat dana masuk sekitar 200 jt/bulan, namun kini hanya mendapat pemasukan sekitar 30 jt/bulan. Besaran tersebut tidak cukup untuk membayar gaji karyawan yang mencapai 60 jt/bulan serta suplai bahan pakan satwa sebesar 90 jt/bulan. Setengah tahun terakhir pun diakui bahwa karyawan Medan Zoo tidak digaji secara penuh, namun mereka tetap bertahan karena rasa iba dan tanggung jawab terhadap sisa satwa yang masih ada di Medan Zoo.


Pernius Harefa, manajer Medan Zoo mengungkap bahwa kini Medan Zoo kalah saing dengan kebun binatang lain yang ada di Sumatera karena tidak adanya inovasi dan keterbatasan dalam maintenance kandang. Tidak hanya kekurangan suplai pakan, kandang yang ada di Medan Zoo saat ini pun dinilai sudah kuno dan kurang layak untuk dihuni. Sejak mengalami krisis ekonomi, kebersihan dan kelayakan kandang perlahan diabaikan. Saat ini pihak Medan Zoon pun hanya berfokus pada suplai pakan, itu pun pihak Zoo harus melakukan pinjaman (hutang) untuk membeli bahan pakan.


Tidak hanya harimau yang terdampak, satwa lain seperti bangau tong tong dan primata pun terlihat memprihatinkan. Kini, ada empat harimau yang berada dalam kondisi infausta. Namun, tahukah kamu apa itu infausta? Infausta merupakan suatu penyakit yang dipastikan tidak dapat disembuhkan (Berata, 2015).


Siapa yang harus bertanggung jawab?

Sebelumnya, Medan Zoo telah mendapat beberapa kali peringatan terkait kondisi kandang yang tidak layak dan terduga hewan kelaparan sebab naiknya angka kematian hewan. Kini, Medan Zoo sudah tidak memiliki Dokter Hewan. Dokter Hewan terakhir yang ada di Medan Zoo resign pada bulan November 2023 lalu. Saat ini, Medan Zoo dibantu tim bentukan BBKSDA Sumut bersama dengan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia (PKBSI), serta tenaga professional dari NGO. Bobby Nasution, sebagai Wali Kota Medan, pun turut andil memberikan dua pilihan solusi terbaik untuk Medan Zoo. Pertama, akan diberikan suntikan dana dari APBD untuk Medan Zoo, namun tidak semudah itu, yang mana harus terlebih dahulu mendapat persetujuan dari DPRD. Kedua, para hewan di Medan Zoo akan dilakukan relokasi ke kebun binatang lain.


Berkaca dari peristiwa tersebut, sebenarnya bagaimanakah peran dokter hewan di bidang konservasi? Dr. Wisnu dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM mengungkap bahwa kini dokter-dokter muda kurang berminat terjun ke dunia kesehatan satwa liar khususnya untuk hewan langka, padahal satwa liar juga tidak kalah bermanfaat dibanding dengan dunia pet atau livestock mengingat Indonesia memiliki mega biodiversity terbesar kedua setelah Brazil.

Dokter Hewan FIKKIA UNAIR, Aditya Yudhana drh., M.Si mengatakan bahwa Dokter hewan dalam bidang konservasi berkontribusi langsung terhadap kesehatan satwa liar. Tak hanya mengobati, namun juga berkontribusi dalam meningkatkan ataupun mempertahankan populasi lewat kompetensi ilmu veteriner.
  1. Disease Risk Analyst = Peran dokter hewan adalah menganalisis penyakit apa saja yang ada di lingkungan tersebut dan mungkin menimbulkan ancaman bagi spesies tersebut.
  2. Zoonotic Disease Risk = Selain risiko penyakit terhadap hewan liar, beberapa penyakit satwa liar dapat menular ke manusia, penyakit ini dikenal sebagai penyakit zoonosis. Seorang dokter hewan harus dapat menilai penyakit apa yang ditemukan dalam analisis risiko kebun binatang yang merupakan zoonosis.
  3. Preventative health care and research = Setelah penyakit diidentifikasi sebagai potensi risiko terhadap satwa liar, penting untuk mencari tahu cara untuk mengurangi risiko tersebut.


Komentar