CUWI 4 x IMAKAHI Insight: "Penguatan Sistem Kesehatan Masyarakat Veteriner Pasca-Kontaminasi Radioaktif di Cikande"
"Penguatan Sistem Kesehatan Masyarakat Veteriner Pasca-Kontaminasi Radioaktif di Cikande: Menjaga Kesehatan Hewan, Melindungi Kesehatan Manusia, dan Memulihkan Perekonomian Lokal"
Kasus temuan radioaktif pada udang yang berasal dari Cikande dilatarbelakangi oleh temuan Customs Border Protection (CBP) Amerika Serikat atas udang beku yang mengandung cesium-137 (Cs-137) yang diimpor dari Indonesia. Cs-137 adalah unsur radioaktif buatan manusia yang dihasilkan dari reaksi nuklir yang mudah larut dalam air, sehingga jika terkontaminasi pada lingkungan, unsur ini akan larut dan dapat masuk ke rantai makanan maupun tubuh makhluk hidup. Menyusul dari temuan yang ditemukan oleh CBP Amerika Serikat, pemerintah Indonesia melalui Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), dan instansi terkait lainnya, segera membentuk Satuan Tugas (Satgas) untuk menginvestigasi dan menangani kasus ini.
Hasil investigasi mengungkapkan bahwa sumber utama kontaminasi Cs-137 bukan berasal dari tambak udang, melainkan dari aktivitas di Kawasan Industri Modern (KIM) Cikande, Serang, Banten. Zat radioaktif tersebut pertama kali terdeteksi pada peti kemas produk udang PT Bahari Makmur Sejati (BMS). Setelah ditelusuri lebih lanjut hasilnya menunjukkan bahwa ada indikasi kuat penyebab radiasi berasal dari pabrik peleburan baja milik PT Metal Technology (PMT) yang berada di kawasan yang sama dengan PT Bahari Makmur Sejati. Dalam proses produksi besi PT TMT menggunakan bahan baku scrap metal dari Filipina yang diyakini menjadi penyebab radiasi yang menyebar ke udara melalui blower dan ventilator pabrik Di dalam pabrik peleburan baja ini pemerintah menemukan tingkat radiasi Cs-137 mencapai 0,3-0,5 mikro sievert per jam. Angka ini lebih tinggi dari kondisi normal yaitu 0,1 mikro sievert per jam.
Dampak utama dari zat radioaktif ini adalah terganggunya keamanan pangan (food safety) dan terancamnya ketersediaan pangan (food security) bagi masyarakat. Selain itu, kontaminasi ini juga berdampak pada perekonomian lokal, terutama sektor peternakan dan perdagangan hasil ternak. Melalui beberapa mekanisme, produk peternakan dapat terkontaminasi oleh radioaktif. Mekanisme kontaminan dimulai ketika Caesium-137 terserap oleh vegetasi dan kemudian terkonsentrasi dalam jaringan hewan yang mengonsumsi vegetasi tersebut. Akumulasi dalam produk ternak terdeteksi dalam konsentrasi tertinggi pada daging, susu, dan organ dalam hewan. Kondisi ini berpotensi menimbulkan dampak serius terhadap kesehatan masyarakat, khususnya peningkatan risiko karsinogenesis melalui konsumsi produk ternak yang terkontaminasi dalam jangka panjang (Howard et al. 2020).
Pemantauan secara sistematis yang efektif harus mencakup pemantauan lingkungan untuk melakukan pemetaan terhadap daerah yang terkontaminasi oleh radiasi Cs-137. Diperlukan juga analisis sampel tanah dan vegetasi secara berkala, serta pemantauan kualitas air dan pakan ternak yang ketat. Selain itu, pemantauan secara sistematis terhadap hewan memerlukan pengambilan sampel jaringan ternak, monitoring produk susu dan telur secara kontinu, dan pemeriksaan kesehatan hewan komprehensif untuk deteksi dini adanya dampak kontaminasi radioaktif (Beresford et al. 2020).
Pengembangan protokol manajemen ternak pasca-kontaminasi yang efektif dapat menerapkan sistem klasifikasi zona berdasarkan tingkat kontaminasi, dimana zona merah memerlukan evakuasi dan isolasi ternak. Pada zona kuning memerlukan karantina dan monitoring intensif. Sedangkan zona hijau masih memungkinkan adanya aktivitas terbatas dengan pengawasan yang ketat. Dari sisi intervensi veteriner, strategi yang dapat diterapkan meliputi pemberian pakan bersih (clean feeding), pemberian suplemen khusus untuk mengurangi absorpsi radionuklida, dan implementasi manajemen breeding selektif untuk meminimalisir dampak jangka panjang (Nisbet et al. 2021).
Komunikasi risiko yang efektif harus dilakukan dengan prinsip transparansi dan berbasis bukti ilmiah yang jelas, dimana pendekatan ini perlu melibatkan seluruh pemangku kepentingan lokal dalam proses komunikasi yang menggunakan bahasa mudah dipahami oleh masyarakat awam, serta menyediakan saluran umpan balik dua arah yang memungkinkan adanya partisipatif aktif dari masyarakat. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta pemahaman yang komprehensif mengenai risiko dan langkah-langkah penangan yang diperlukan (Houghton et al. 2023) Strategi pemulihan ekonomi dapat dilakukan melalui sistem sertifikasi produk yang mencakup pengembangan label Aman Radioaktif yang merupakan penerapan dari sistem traceability produk yang ketat, dan sertifikasi oleh laboratorium independen yang kredibel. Selain itu, diperlukan upaya diversifikasi ekonomi melalui pengembangan usaha non-peternakan, penyelenggaraan pelatihan keterampilan baru bagi masyarakat terdampak, serta integrasi dengan sektor pariwisata yang dapat menciptakan sumber pendapatan alternatif bagi masyarakat lokal (Schöder et al. 2023).
Kolaborasi melalui integrasi sektor yang meliputi aspek kesehatan manusia sangatlah penting untuk pemantauan penyakit terkait radiasi, dimana kesehatan hewan untuk surveilans produk ternak, dan lingkungan untuk kegiatan remediasi dan monitoring berkelanjutan juga menjadi salah satu faktor utama. Kemudian koordinasi lembaga juga menjadi faktor kritis yang melibatkan pemerintah dalam penyediaan regulasi dan pendanaan, akademisi dalam menjalankan riset dan pengembangan, serta masyarakat dalam memastikan partisipasi aktif selama proses pemulihan (Hinton et al. 2022).
%20PERAN%20DOKTER%20HEWAN%20DI%20BIDANG%20KONSERVASI%20(3).png)
%20PERAN%20DOKTER%20HEWAN%20DI%20BIDANG%20KONSERVASI%20(4).png)
Komentar
Posting Komentar