PRESS RELEASE VET TALK #3 "DILEMA ANJING DAN KUCING : ALIH-ALIH MENJADI HEWAN KESAYANGAN MALAH BERUJUNG SANTAPAN?"
Bidang Pengabdian Masyarakat, Zoonosis, dan Kesmavet (PZK) PC IMAKAHI Universitas Airlangga melaksanakan kegiatan kuliah umum kedua yaitu VET TALK 3 dengan topik “Dilema Kucing dan Anjing : Alih-alih Menjadi Hewan Kesayangan Malah Berujung Menjadi Santapan ?” secara daring pada Senin, 22 November 2021. Kuliah umum ini diikuti oleh lebih dari 30 peserta. Berlatar belakang setiap tahun dipastikan sebanyak 30 juta ekor anjing dan kucing diperjualbelikan sebagai konsumsi di wilayah Asia. Salah satu kota besar di Indonesia diketahui sebagai pusat penjualan daging anjing, diperkirakan sekitar 360-720 anjing dibunuh setiap minggunya. Jakarta Animal Aid Network (JAAN) mengungkapkan bahwa mengkonsumsi daging dapat berbahaya bagi tubuh dan berpotensi menularkan penyakit. Tingginya angka konsumsi daging anjing dan kucing menjadi indikasi masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai bahaya dari konsumsi daging anjing dan kucing. Menilik dari hal tersebut, kuliah umum ini dilaksanakan dengan harapan mahasiswa kedokteran hewan dapat memiliki pengetahuan dan dapat ikut serta dalam mengedukasi masyarakat sekitar akan bahaya dari konsumsi daging anjing dan kucing.
Kuliah umum dimulai dengan pemaparan materi yang disampaikan oleh drh. Dhandy Koesoemo Wardhana M.Vet. dosen dari Departemen Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. Pembahasan diawali dengan pembahasan mengenai pengertian bushmeat yakni daging yang diburu dari hewan liar atau dalam artian daging dari hewan yang tidak biasa dikonsumsi. Seperti yang kita ketahui sendiri bahwa asal dari pandemi Covid19 yang terjadi saat ini dikarenakan konsumsi bushmeat yang memiliki potensi zoonosis. Lalu pembahasan dilanjutkan dengan pemaparan fakta dari berita terkait dikarenakan masih jarangnya jurnal yang mengangkat topik terkait. Konsumsi bushmeat yang sering kali tidak diketahui berisiko membawa penyakit yang bersifat zoonosis yang tentunya berbahaya bagi masyarakat.
Alasan mengapa masih maraknya konsumsi daging anjing dan kucing di Indonesia sendiri didasari oleh tradisi turun temurun yang dipercaya jika daging tersebut memiliki khasiat pada tubuh, namun hal itu belum dapat dibuktikan karena masih terbatasnya penelitian mengenai kandungan dari daging anjing dan kucing. Diungkapkan bahwa ada 4 provinsi yang memiliki persentase tinggi dalam konsumsi daging anjing dan kucing. Konsumsi daging anjing dan kucing memiliki potensi menularkan penyakit zoonosis. Salah satu penyakit zoonosis yang menjadi prioritas kewaspadaan di Indonesia adalah rabies yang umumnya banyak ditularkan melalui anjing. Titik kritis terjadinya zoonosis yakni dimulai dari penangkapan (handling), transportasi, pembunuhan, pengolahan hingga konsumsi. Upaya penanggulangan penyakit zoonosis yaitu dengan pendekatan one health. Peran dokter hewan dalam mengedukasi bahaya mengkonsumsi daging anjing yaitu sosialisasi dan pengabdian masyarakat.
Komentar
Posting Komentar