PRESS RELEASE KAJIAN ISTIMEWA NASIONAL 2021 : “DAGING KULTUR JARINGAN, ‘FRIEND’ ATAU ‘FIEND’?”

      


 Pengurus Cabang Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (PC IMAKAHI) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan forum diskusi nasional yang membahas tentang inovasi baru yang berkaitan dengan multisektoral antara bidang kedokteran hewan, peternakan, dan pangan yaitu daging kultur jaringan. Acara ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 23 Oktober 2021 secara online melalui aplikasi Zoom Cloud Meeting.

        Dewasa ini, selaras dengan perkembangan teknologi yang semakin maju turut memacu lahirnya berbagai inovasi yang mungkin belum pernah terbayangkan. Salah satunya inovasi yang berkaitan dengan bidang kedokteran hewan, peternakan, dan pangan yaitu terciptanya daging kultur jaringan. Beberapa negara bahkan telah mengembangkan daging kultur jaringan hingga dapat dinikmati oleh konsumen, salah satu negara dari Asia yang sudah mulai mengkomersilkan inovasi ini yaitu Singapura. Inovasi ini tercipta dengan dilatarbelakangi beberapa permasalahan, dimulai dengan pertumbuhan manusia yang sulit dikontrol, mengikuti grafik eksponensial yang terus bertambah dari tahun ke tahun, sehingga ketersediaan pangan tidak berimbang dengan pertambahan jumlah penduduk (Khaswar, 2021). Populasi global diperkirakan mencapai 9 miliar pada tahun 2050, berdasarkan perkiraan FAO pada tahun 2009, industri daging perlu meningkatkan produksi sebesar 50–73% (Bonny dkk,.2017).

        Merespons kebutuhan peningkatan produksi daging, salah satu perusahaan konsultan global AT Kearney juga memperkirakan bahwa pada tahun 2040, 60% dari kebutuhan daging global akan dipenuhi dengan metode produksi non-konvensional seperti daging in- vitro (35%) atau analog nabati (25%)  (Awar, 2021). Peningkatan produksi industri daging berkaitan erat dengan peningkatan sektor peternakan. Namun, beberapa permasalahan multisektoral dalam industri daging cukup menjadi keresahan. Industri peternakan daging tidak hanya menghasilkan produksi daging saja tetapi juga menghasilkan gas metana yang menyumbang emisi terbanyak kedua setelah karbon dioksida. Hal ini membuat produk daging menjadi makanan penyumbang emisi terbanyak penyebab pemanasan global yakni berupa gas rumah kaca sebesar 18% (Cornelis,. 2006). Selanjutnya, permasalahan kesehatan masyarakat terkait daging. Daging merupakan salah satu kebutuhan pemenuhan protein masyarakat, sehingga daging memegang peran penting. Namun, daging juga berpotensi menjadi media persebaran patogen yang dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti foodborne disease dan antimicrobial resistance (AMR) (Mohammed dkk,. 2018; Ian dkk,. 2018). Di negara - negara berkembang diperkirakan terdapat 2 juta kematian per tahunnya yang berhubungan dengan foodborne disease (Odeyemi,2016) dan antimicrobial resistance (AMR) yang semakin buruk dari waktu ke waktu dapat terjadi salah satunya karena residu dari antibiotik pada makanan seperti daging (Mohammed dkk,. 2018).

        Sebagai respons atas hal tersebut, penting untuk mempertimbangkan alternatif lain dalam produksi dan konsumsi daging. Salah satu solusi yang berpotensi dapat dilakukan adalah teknologi daging kultur. Kajian ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan atensi masyarakat dalam inovasi daging kultur jaringan serta dihasilkannya rekomendasi secara multisektoral untuk mempersiapkan dalam pengembangan ilmiah daging kultur jaringan.



        Kajian ini diikuti oleh sekitar 193 participants yang terdiri dari berbagai latar belakang ilmu. Sesi pertama setelah rangkaian pembukaan dan sambutan oleh dengan pembukaan oleh Master of Ceremony (MC), sesi pemaparan materi dimoderatori oleh Martia Rani Tacharina drh., M.Si. Pemaparan materi dimulai oleh materi yang disampaikan oleh Prof. Dr. Irma Isnafia Arief S.Pt., M.Si yaitu Profesor Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, IPB University. Panelis pertama menyampaikan perihal daging konvensional secara garis besar, lalu fisiologis terbentuknya daging, teknologi serupa tentang substitusi daging konvensional,  teknologi, proses, teknik, dan metode daging in vitro yang berkaitan dengan tissue engineeringnya, alat dan bahan yang digunakan dalam produkksi daging kultur jaringan, panelis satu juga menyampaikan terkait 5 masalah global dan hubungannya dengan daging kultur jaringan.




        Sesi pemaparan materi kedua yaitu Dr. Annis Catur Adi, Ir., M.Si. Panelis kedua saat ini menjabat sebagai dosen di Departemen Gizi FKM Universitas Airlangga dan DPP Pergizi Pangan Indonesia, DPP Ikatan Ahli Gizi Kesehatan Masyarakat. Panelis kedua menyampaikan tentang konsumsi protein hewani di masyarakat, tujuan zero hunger dunia, kecukupan gizi nasional, pencapaian Indonesia terkait pemenuhan gizi dari protein hewani khususnya daging, manfaat konsumsi pangan hewani salah satunya adanya asam amino esensial, kendala rendahnya produk peternakan di Indonesia, panelis kedua juga menyampaikan terkait regulasi dan produk hukum salah satunya syarat – syarat daging, panelis juga menyampaikan terkait kelebihan kekurangan kultur jaringan maupun daging konvensioanl dari sisi keamanan, gizi, dan kesehatan masyarakat. Panelis kedua menyampaikan juga bahwa perlu dilakukan kajian dan penelitian lebih banyak terkait daging kultur jaringan jika di masa depan dapat diterima di masyarakat.


      Sesi pemaparan materi selanjutnya oleh panelis ketiga yaitu Dr. med. vet. Drh. Denny Widaya Lukman, M.Si. Panelis ketiga harus aman, layak, dan baik untuk dikonsumsi konsumen. Panelis ketiga menjelaskan secara garis besaar secara kesmavet perihal keamanan pangan, sanitary, kesehatan lingkungan dan hewan, juga kesehatan manusia. Panelis ketiga juga menjelaskan terkait faktor pemicu pengembangan daging kultur jaringan yang berhubbungan dengan dampak lingkungan, keamanan, juga komposisinya, lalu dilanjutkan terkait tantangan yang ada di Indonesia seperti peraturan perundangannya, proses produksi, dan keberterimaan.

       Setelah pemaparan dari ketiga panelis, terdapat tanya jawab pertanyaan peserta dan diskusi panelis. Panelis menjawab lebih dari sepuluh pertanyaan peserta terkait dengan topik pemaparan.



        Sesi kedua merupakan sesi Focus Group Discussion. Peserta dibagi menjadi dua kelompok dengan lingkup keilmuwan yang merata. Masing-masing kelompok diberikan pertanyaan berbeda dengan spesifik pertanyaan dan hasilnya sebagai berikut :

        Hasil dari kajian yang telah disepakati oleh seluruh peserta dan panelis terangkum sebagai berikut:

1. Setelah mendapat materi dari panelis, menurut peserta, daging kultur jaringan menguntungkan atau tidak menguntungkan?


a.       Hasil Kesimpulan jawaban diskusi nomor 1 dari kedua kelompok : 

i. Daging kultur jaringan saat ini memiliki kekurangan dan kelebihannya, kekurangannya dalam hal ekonomi, kurangnya penelitian ilmiah di Indonesia saat ini mengenai daging kultur jaringan, dari aspek budaya khususnya agama yang menyatakan kehalalan daging kultur jaringan (fatwa MUI), peternakan konvensional memiliki risiko penurunan pasar.  

ii. Kelebihan atau keuntungannya, dapat meminimalisir dampak lingkungan, mendukung negara agrikultu dan negara berkembang dalam aspek keilmuan, dan mewujudkan masyarakat yang lebih inovatif, dan juga membantu swasembada daging, karena pro-kesehatan bagi orang orang yang mempunyai riwayat penyakit. 

 

2.  Bisakah daging kultur jaringan diimplementasikan di Indonesia? Peserta kajian sepakat bahwa Indonesia bisa mengimplementasikan daging kultur di Indonesia dengan beberapa persyarata. Sub Pertanyaan : Daging kultur jaringan akan menjadi substitution/pengganti atau hanya sekadar menjadi additional/tambahan dari daging konvensional? Daging kultur jaringan bisa diimplementasikan di masa depan dengan perlunya dilakukan riset lebih mendalam kemudian juga perlu regulasi yang mendukung, dengan menimbang keadaan ekonomi masyarakat dan dalam hal target pasar. menyiapkan terlebih dahulu SDM, pendanaan, dan teknologi, serta perlunya kerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan awareness kepada masyarakat. 


3. Daging kultur jaringan akan menjadi substitution/pengganti atau hanya sekadar menjadi additional/tambahan dari daging konvensional? Daging kultur jaringan dianggap hanya dapat menjadi elemen tambahan/additional dari daging konvensional, menimbang keadaan masyarakat, peternakan, dan agrikultur masih perlu ditingkatkan demi tercapainya swasembada daging, Indonesia dapat mengimplementasikan daging kultur setelah banyak negara yang mengimplementasikannya. Tidak menutup kemungkinan jika suatu saat daging kultur jaringan dapat dijadikan substitusi daging konvensional.


4. Sektor apa saja yang berpotensi terpengaruh/terdampak hadirnya daging kultur jaringan Kesimpulan jawaban diskusi nomor 4 dari kedua kelompok : Sektor yang berpotensi  terdampak :

  • riset dan teknologi
  • agrikultur
  • perekonomian
  • hukum 
  • kesehatan, kesehatan masyarakat, dan kesehatan masyarakat veteriner namun adanya perbedaan target pasar atau market tidak pasti akan berdampak pada ekonomi peternak

5. Apa saja yang perlu dipersiapkan Indonesia apabila daging kultur jaringan suatu saat diimplementasikan di Indonesia? Kesimpulan jawaban diskusi nomor 5 dari kedua kelopok :

a. mengkaji kembali terkait persyaratan ASUH (aman, sehat, utuh, dan halal); regulasi yang termasuk registrasi, izin, standar, dan keamanannya ; mengkaji kembali bersama tenaga ahli yang dibutuhkan terkait SDM dan infrastruktur.  

b. melakukan sosialisasi atau memperkenalkan daging kultur jaringan setelah dilakukannya kajian-kajian diatas.   

c. kajian tersebut dapat dilakukan bersama, KEMENTAN, PDHI, MUI. 

 

    Saran solusi (merujuk ke hasil diskusi dari pertanyaan terakhir) yang telah disepakati bersama akan menjadi bentuk akhir berupa output kajian yang akan direkomendasikan kepada pemangku kebijakan ataupun organisasi ataupun lembaga. Output dikirimkan kepada pemangku kebijakan ataupun organisasi ataupun lembaga terkait, sebagai berikut :

1.      Kementerian Pertanian

2.      PDHI (Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia)

3.      MUI (Majelis Ulama Indonesia)

4.      Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG)

5.      Kementrian Perdagangan

6.      Lembaga BPOM 

7.      Kementrian Kesehatan

8.      LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)


Poin – poin rekomendasi yang diharapkan menjadi bahan pertimbangan sebagai berikut:

1.     Merekomendasikan pemerintah untuk melakukan kajian yang komprehensif tentang daging kultur jaringan terutama perihal persyaratan ASUH (aman, sehat, utuh, dan halal); regulasi yang termasuk registrasi, izin, standar, dan keamanannya; SDM dan infrastruktur. Kajian ini dapat dilakukan Kementrian Pertanian dan Kementrian Kesehatan melibatkan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Komisi Keamanan Hayati Produk Rekayasa Genetik (KKH PRG), Lembaga BPOM , dan beberapa pemangku kebijakan yang sekiranya berkaitan.

2.    Merekomedasikan untuk melakukan sosialisasi atau memperkenalkan daging kultur jaringan setelah dilakukannya kajian – kajian diatas demi tercapainya edukasi, penyampaian informasi, dan penyebaran informasi yang akurat kepada masyarakat. 

        Dengan terlaksananya kajian ini, dapat disadari bahwa penelitian daging artificial dari metode kultur jaringan di Indonesia sangat terbatas, hal ini menjadi salah satu terhambatnya berkembangnya inovasi daging kultur jaringan di Indonesia. Sementara itu, daging dari kultur jaringan berpotensi memberikan beberapa kelebihan seperti dalam hal kesehatan, keamanan pangan, dan lingkungan. Namun, daging kultur jaringan juga berpotensi memiliki kekurangan dalam biaya, perununan pasar peternakan, dan belum terjelaskannya dari pandangan agama, sehingga diperlukannya kajian dan penelitian kembali oleh lembaga – lembaga negara terkait daging kultur jaringan. 

23 November 2021

Bidang Kebijakan Profesi,

PC IMAKAHI

 Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga

 

Narahubung:

0813 9251 6274 (Helena Nastiti)

Referensi : 

Syamsu, Khaswar. 2021. Daging Sintesis Menggunakan Kultur Jaringan Sel Hewan. diunduh 1 Oktober 2021 https://halal.ipb.ac.id/daging-sintesis-menggunakan-kultur-jaringan-sel-hewan/ 

Bonny, Sarah & Gardner, Graham & Pethick, David & Hocquette, Jean-François. (2017). Artificial meat and the future of the meat industry. Animal Production Science. 57. 10.1071/AN17307.

Kumar, Pavan & Sharma, Neelesh & Sharma, Shubham & Mehta, Nitin & Verma, Akhilesh & .S, Chemmalar & Sazili, Awis. (2021). In-vitro Meat: A Promising Solution for Sustainability of Meat Sector. Journal of Animal Science and Technology. 63. 10.5187/jast.2021.e85. 

Steinfeld, Henning & Gerber, Pierre J. & Wassenaar, Tom & Castel, Vincent & Rosales, Mauricio & De haan, Cornelis. (2006). Livestock's Long Shadow: Environmental Issues and Options.

Rahman, Mohammad & Rahman, A K M Anisur & Islam, Md & Alam, Mohammed M.. (2018). Antimicrobial Resistance Of Escherichia Coli Isolated From Milk, Beef And Chicken Meat In Bangladesh. Bangladesh Journal of Veterinary Medicine. 15. 141. 10.3329/bjvm.v15i2.35525.

Fegan, Narelle & Jenson, Ian. (2018). The role of meat in foodborne disease: Is there a coming revolution in risk assessment and management?. Meat Science. 144. 10.1016/j.meatsci.2018.04.018.

Odeyemi, Olumide. (2016). Public health implications of microbial food safety and foodborne diseases in developing countries. Food & Nutrition Research. 60. 10.3402/fnr.v60.29819.

Tayangan ulang Kajian Istimewa Nasional (KAJIS) 2021 dapat disaksikan pada channel resmi PC IMAKAHI UNAIR














Komentar

Postingan Populer