Press Release IMAKAHI Fusion Discussion (FUSION)

 

Ketahanan Pangan Indonesia Melalui Swasembada Daging: SIKOMANDAN


Pengurus Cabang Ikatan Mahasiswa Kedokteran Hewan Indonesia (PC IMAKAHI) Universitas Airlangga (UNAIR) mengadakan forum diskusi yang membahas tentang rencana Swasembada daging Nasional 2026 yang telah dicanangkan oleh pemerintah serta Program dan upaya perwujudannya melalui SIKOMANDAN dan UPSU SIWAB. Acara ini diselenggarakan hari Sabtu, 12 September 2020 secara online melalui aplikasi Google Meet.

Pembangunan peternakan merupakan bagian dari usaha untuk mewujudkan ketahanan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani ataupun peternak. Ketersediaan pangan asal hewan termasuk daging sapi diperlukan dalam upaya meningkatkan konsumsi protein hewani bagi masyarakat Indonesia. Peningkatan populasi ternak sapi dan produksi daging menjadi hal utama untuk memenuhi kebutuhan daging nasional. Namun seiring berjalannya waktu, permintaan terhadap daging sapi mengalami peningkatan seiring bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Dengan tingginya permintaan akan daging sapi tersebut harus diimbangi dengan pertumbuhan populasi dan produksi daging sapi dalam negeri, sehigga kebutuhan daging dalam negeri dapat dipenuhi dari usaha peternakan rakyat sedangkan impor secara bertahap dapat dikurangi. Konsep ini selaras  dengan rencana pemerintah melalui Kementerian Pertanian untuk mencapai Swasembada Daging Nasional 2026 dan menjadikan Indonesia sebagai Lumbungan Pangan Dunia 2045 (BKPpertanian, 2019).

Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan terus berupaya untuk mewujudkan swasembada daging sapi 2026 (Ditjenpkh,  2019). Kini, upaya untuk mewujudkan swasembada tersebut tidak sebatas hanya pada kemampuan penyediaan daging yang cukup bagi masyarakat, namun juga disertai dengan peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal.

Tahun 2020, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), mencanangkan suatu program yang disebut SIKOMANDAN (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri). Program ini merupakan program andalan bagi Dirjen PKH yang bertujuan untuk meningkatkan populasi dan produksi sapi dan kerbau di Indonesia. SIKOMANDAN sendiri diatur dalam Permentan Nomor 17 Tahun 2020.  Program SIKOMANDAN adalah program pengganti dari UPSU SIWAB yang diamanatkan dalam Permentan Nomor 48/Permentan/ PK.210/10/2016. Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap program SIKOMANDAN dan UPSU SIWAB, hanya ada penambahan focus daging produksi kerbau, Pilihan terhadap sapi dan kerbau, disebabkan karena daging sapi dan kerbau sebagai salah satu sumber protein hewani yang sangat disukai masyarakat.Selain itu dalam pemenuhan swasembada daging, Permentan Nomor 42 Tahun 2019 membantu pengaturan tentang Pemasukan Karkas, Daging, Jeroan dan /atau Olahannya Untuk Pangan ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.

Sebagai catatan, selama tiga setengah tahun, dalam kurun waktu 2017 sampai 2020 Kementan berhasil melakukan inseminasi buatan (IB) pada ternak sapi dan kerbau sebanyak 13.868.641 ekor dan telah menghasilkan hasil perkawinan IB sebanyak 6.133.896 ekor anak.(Ditjen pkh, 2020) Kementerian mengatakan dengan keberhasilan  tersebut terjadi lompatan populasi sapi/kerbau yang cukup signifikan selama 5 tahun terakhir yaitu sebesar 3,37 juta ekor, sehingga populasi saat ini berjumlah 18,82 juta ekor.(Media indonesia, 2020) Namun, jika menilik lebih dalam, perbedaan sajian data disajikan oleh BPS (Badan Pusat Satistik) dan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan).

Menurut data yang disajikan oleh Badan Pusat Statistik, tidak ada peningkatan jumlah populasi dari sapi semenjak tahun 2016. Mendukung pernyataan BPS, Direktur Statistik Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan mengatakan ketersediaan daging sapi lokal pada tahun 2019 sebanyak 404.590 Ton (2,02 juta ekor / 58,59%). Data ini selaras dengan data yang diberikan oleh BPS namun berbeda dengan data dari Kementan (BPKP, 2019).

Selain itu adanya penambahan Impor daging yang dilakukan oleh Kementan juga menjadi satu pertanda bahwa SIKOMANDAN belum efektif untuk mengatasi tingginya pemintaan daging di Indonesia.  Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) memastikan realisasi impor daging kerbau yang diminta oleh KEMENTAN dari India mencapai 100 ribu ton untuk tahun 2020 (CNN,2020).  Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat selama 6 bulan terakhir atau selama Januari-Juni 2020, Indonesia telah mengimpor daging jenis lembu sebanyak 84.499 ton setara dengan 257 juta dolar AS. Impor terbanyak selama 6 bulan terakhir datang dari Australia sebanyak 58.565 ton. Menariknya jumlah impor daging yang dicatat BPS selama 6 bulan ini lebih besar dari data Kementerian Pertanian yang dilaporkan pada Juli 2020 yang hanya mencapai 68.125 ton sampai Juli 2020 (Tirto,2020).

Ketidaksinkronan ini membuat program SIKOMANDAN yang ditargetkan dapat menekan impor daging sapi dan mewujudkan Swasembada Daging 2026 menjadi hal yang mustahil untuk dicapai. Walaupun dalam banyak pemberitaan Kementerian Pertanian mengatakan keberhasilan SIKOMANDAN sukses dalam melaksanakan IB dan meningkatkan kelahiran sapi perah, namun disisi peningkatan jumlah populasi sapi / kerbau dan penekanan angka impor daging untuk memenuhi kebutuhan daging nasional belum tercapai.  Menurut riset dan kajian yang dilakukan oleh IPB, Indikator dikatakan swasembada terjadi bila pemenuhan pasokan dari domestik terpenuhi minimum 90% plus 10% dari impor. Hal inilah yang membuat topik ini menjadi sangat menarik untuk dikaji.

Sesi pertama dibuka dengan pemaparan materi oleh Prof. Dr. Ir Sri Hidana, MS membahas tentang pentingnya swasembada daging nasional untuk keatahanan pangan Indonesia dan program – program yang telah dicanagkan oleh pemerintah melalui SIKOMANDAN dan UPSU SIWAB. Prof. Sri Hidanah juga memaparkan tentang capaian program SIKOMANDAN dan UPSU SIWAB secara mendetail.

Sesi kedua merupakan Focus Group Discussion (FGD). Peserta dibagi menjadi tiga kelompok secara acak yang terdiri dari Pengurus Cabang Universitas Airlangga, Pengurus Cabang IMAKAHI Universitas Udayana, Pengurus Cabang IMAKAHI Universitas Nusa Cendana. Masing-masing kelompok diberikan suatu pertanyaan yang sama, yaitu; 1) Apakah  SIKOMANDAN cukup efektif untuk tetap diterapkan demi mencapai swasembada daging tahun 2026?. Jika ditinjau dari program yang telah dicanangkan dan data keberhasilan yang telah dipaparkan (Jawaban berupa Ya/Tidak, beserta alasan), 2) Perlukah program SIKOMANDAN menambah focus peningkatan jenis produksi daging dalam negeri demi mencapai ketahanan pangan Indonesia? (Jawaban berupa Ya/Tidak, beserta alasan), dan 3) Guna mempercepat dan mencapai swasembada daging tahun 2026 , apa saran yang ingin diajukan untuk Kementerian Pertanian mengenai program SIKOMANDAN? Saran boleh ditinjau dari segi kebijakan hokum atau teknis pelaksanaan program. Mereka diberikan waktu 45 menit untuk berdiskusi tentang tanggapan terkait kasus tersebut.

Dari diskusi tersebut, kelompok 1 menyimpulkan poin nomor 1) Efektif, karena ada penambahan program yang lebih terinci dari UPSU SIWAB ke SIKOMANDAN,2) Tidak, karena lebih baik fokus pada swasembada sapi dan kerbau, 3) Saran dari segi implementasi :

      Optimalisasi pemberian pakan pada daerah peternakan ekstensif untuk meningkatkan jumlah sapi produktif

      Menurunkan angka kematian anak sapi pada daerah peternakan ekstensif

      Sosialisasi pengolahan pakan menyesuaikan kondisi daerah di Indonesia

      Sosialisasi dan penjaminan Kesehatan ternak oleh pemerintah kepada peternak

      Adanya keseragaman data yang dimiliki oleh kementan agar program sikomandan tepat sasaran dan sesuai lapangan

      Pemanfaatan sapi lokal sebagai salah satu komunitas pengembangan program sikomandan

      Menggencarkan pembentukan kelompok sapi pedaging

Kelompok  2 menyatakan bahwa 1) Ya, karena program yang dicanangkan SIKOMANDAN sudah cukup efektif dari segi perencanaan. 2) Tidak perlu menambahkan focus produksi. 3) Saran dalam bentuk implementasi :

      Sosialisasi program pada peternak tradisional untuk tidak memotong sapi betina produktif

      Melakukan IB secara menyeluruh sampai kepelosok desa

      Menambah pemanfaatan sumber daya pakan di daerah terpencil guna memenuhi gizi ternak dan sosialisasi pembuatan pakan kepada peternak

Kelompok 3 beranggapan bahwa 1) Ya efektif, dilihat dari hasil telah didapatkan beberapa bulan program SIKOMANDAN berjalan. 2) Tidak, alangkah baiknya lebih digencarkan lagi produksi daging sapi dan kerbau dalam negeri. 3) Saran dari segi implenmentasi:

    Pelaksanaan sikoman dan harus dipantau dari pemerintah adanya data-data aktual yang lebih diperinci seperti jumlah kelahiran, dan lain sebagianya yang bisa dijadikan bukti jikalau sikoman dan berjalan dan progresnya meningkat / bukan turun. Hal ini bertujuan untuk mempermudah evaluasi kedepannya

     Pemerintah seharusnya membuat sekolah peternak. Dikarenakan banyak peternak didaerah belum mengetahui program ini

      Program sikomandan melalui IB lebih digencarkan lagi kepada peternak-peternak

Setelah pemaparan hasil diskusi setiap kelompok, dilakukan pemantapan output oleh seluruh peserta dan disimpulkan bahwa :

1.      Program SIKOMANDAN efektif dan perlu dipertahankan untuk mewujudkan swasembada daging tahun 2026. Karena Program SIKOMANDAN yang lengkap dari UPSU SIWAB dan terperinci, dan dilihat dari kerberhasilan SIKOMANDAN dalam beberapa bulan.

2.     Program SIKOMANDAN ini harus fokus dalam peningkatan produksi sapi dan kerbau lokal untuk mencapai swasembada daging tahun 2026.

3.    Saran yang ingin diajukan untuk Kementerian Pertanian mengenai program SIKOMANDAN guna mempercepat dan mencapai swasembada daging  tahun 2026 :

a.      Pelaksanaan sikomandan harus dipantau dari pemerintah dengan adanya data-data aktual yang lebih diperinci seperti jumlah kelahiran, dan lain sebagianya, bisa dijadikan bukti jikalau sikomandan berjalan dan progresnya meningkat / turun.

b.  Adanya evaluasi setiap 6 bulan sekali (statistika hasil penurunan/peningkatan untuk mengetahui faktor penyebabnya).

c.       Menurunkan angka kematian anak sapi pada daerah peternakan ekstensif

d.   Menegakan peraturan pelarangan pemotongan sapi betina produktif demi mendukung keberhasilan IB

e.       Sosialisasi pengolahan pakan menyesuaikan kondisi daerahdi indonesia

f.  Sosialisasi dan penjaminan Kesehatan ternak oleh pemerintah kepada peternak dan optimalisasi pemberian pakan pada daerah peternakan ekstensif untuk meningkatkan jumlah sapi produktif

g.  Pemanfaatan sapi lokal sebagai salah satu komunitas pengembangan program sikomandan

h.     Pemerintah mewadahi pembentukan kelompok peternak dan membuat sekolah peternak sapi dan kerbau. Dikarenakan banyak peternak di daerah belum mengetahui program ini

i.   Program sikomandan melalui IB lebih digencarkan lagi kepada peternak-peternak dan melakukan IB secara menyeluruh sampai kepelosok desa











Komentar

Postingan Populer