#IMAKAHIKepo : Daging Beku
Daging beku
merupakan suatu pengawetan daging untuk membuat penyimpanan bertahan lama. Pembekuan daging adalah salah
suatu cara dari pengawetan daging yaitu dengan membekukan daging di bawah titik
beku cairan yang terdapat di dalam daging, titik beku daging pada temperatur -2
0 s/d -30C (Desrosier, 1969). Dari hasil penelitian yang kami dapatkan,
didapati pada proses pelayuan daging terjadi denaturasi protein yang
mengakibatkan keempukan daging meningkat, tetapi sebaliknya water holding
capacity (WHC) daging menurun (Lawrie, 1979). Denaturasi protein tidak
mempengaruhi jumlah protein tetapi hanya mempengaruhi penampakan dan kualitas
daging (Desrosier, 1969). Brewer dan Harbers (1991) menyatakan bahwa terjadinya
penurunan kadar air akan mengakibatkan peningkatan konsentrasi lemak.
Adapun
kontaminasi mikroba yang dapat merusak daging dapat berasal sejak ternak masih
hidup yaitu yang menempel dipermukaan kulit dan dalam rumen, maupun setelah
ternak disembelih (Niken,2012). Bisa juga kontaminasi mikroba terjadi pada saat
proses penyembelihan dan pengemasan ataupun pada daging beku ketika disimpan selama 4 minggu lebih. Semakin lama penyimpanan jumlah mikroba daging
mengalami kenaikan yang nyata, sisi positifnya pH tidak mengalami perubahan dan kadar airnya
berubah tidak tergantung oleh lamanya penyimpanan, daya susutnya juga hampir sama dengan daging
segar meski disimpan lama, dan daging beku itu akan empuk jika dimasak lebih
kurang dari 8 minggu penyimpanan.
Ketika proses pembekuan, daging harus dilayukan
dulu, Lama pelayuan daging berhubungan dengan selesainya proses rigormortis
(proses kekakuan daging), dalam hal ini apabila proses rigormortis belum
selesai dan daging terlanjur dibekukan maka akan menurunkan kualitas daging
atau daging mengalami proses cold- shortening (pengkerutan dingin) ataupun thaw
rigor (kekakuan akibat pencairan daging) pada saat thawing sehingga akan
dihasilkan daging yang tidak empuk/alot (Buckle et al.,1978). Setelah itu baru
dimulailah proses pembekuannya, Pada
proses pembekuan daging akan terbentuk drip (cairan daging beku)
dimana drip akan terbentuk semakin besar pada suhu semakin mendekati
titik beku air. ekstur daging yang rusak oleh drip akan menghasilkan daging
yang keras saat dimasak, Oleh karena itu dianjurkan membekukan daging pada suhu
kurang dari -20°c, dan akan semakin bagus jika semakin dingin. Penggunaan
kemasan yang cocok akan menghindari daging dari proses frozen burn (
Gosong beku, tampak kehitaman dan kering), menghindari perubahan rasa, warna,
tekstur dan penampakan fisik daging yang tidak menarik. Selain itu pengemasan
yang cocok akan mengurangi
terjadinya desikasi, dehidrasi dan oksidasi lemak.
Sebelum mengonsumsi daging beku, dilakukan proses
thawing terlebih dahulu. Thawing adalah proses pencairan makanan beku dari
freezer atau proses penyegaran kembali. Proses thawing yang salah
bisa merusak kualitas dan higienis daging, karena proses daging yang beku pada
suhu ruang akan sangat memudahkan perkembangan mikroba. Sangat tidak dianjurkan
melakukan thawing di ruang terbuka, karena ketika suhu daging sama
dengan suhu ruang. motode thawing yang di anjurkan adalah :
1.
Thawing dalam udara dingin, meletakan daging
beku dari freezer untuk di pindahkan pada refrigerator(3° sampai 5°). Merupakan cara termudah dan paling baik tapi membutuhkan waktu lama (0,5 daging
memerlukan waktu sepanjang hari untuk
pencairan)
2.
Thawing dalam air dingin, meletakan daging beku
masih dalam kemasan dalam air dingin dengan mengganti air setiap 30 menit
3.
Thawing dalam air hangat, menyegarkan kembali
daging beku dengan memasukan kedalam air dengan konstan 40°C menggunakan waterbath
Sangat tidak
dianjurkan melakukan thawing di ruang terbuka, karena ketika suhu
daging sama dengan suhu ruang terjadi pembentukan drip yang tinggi. Perubahan suhu yang drastic menyebabkan
terjadinya shock temperature terhadap
serabut otot dan sarkolema, yakni terjadi pengerutan serabut otot termasuk
sabut kolagen yang berpengaruh terhadao kualitas memegang air sehingga proses drip yang dihasilkan akan semakin banyak
(Lawrie, 1979).
Komentar
Posting Komentar