PRESS RELEASE VET TALK #1: "OMICRON: POTENSI PANDEMI BARU?"

    


    Sudah sejak dua tahun lalu Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global. Ketika WHO menyatakan pada 11 Maret 2020 bahwa Covid dapat dicirikan sebagai pandemi, tak ada yang menyangka virus ini dapat memakan banyak korban. Menurut Johns Hopkins University, ada lebih dari 425 juta kasus hingga saat ini, dan lebih dari 6 juta kematian yang disebabkan Covid-19. Saking banyaknya jumlah kasus, mudah untuk melupakan bahwa setiap kematian merupakan kehilangan bagi seseorang atau keluarga. Tak hanya itu, kebebasan bertatap muka pun menjadi belenggu masyarakat. Para peneliti masih berupaya untuk memeriksa varian baru, yaitu Covid-19 varian Omicron. Berangkat dari hal tersebut, pada kesempatan kali ini Bidang Pengmas, Zoonosis, dan Kesmavet PC IMAKAHI Universitas Airlangga membawa Vet Talk 1 dengan tema “Omicron: Potensi Pandemi Baru?” yang dibawakan oleh Prof. Dr. Fedik Abdul Rantam, DVM pada Jumat, 1 April 2022.

    Covid-19 varian Omicron menyebar lebih cepat dari varian sebelumnya dengan waktu penggandaan 2-3 hari. Risiko penularan yang terkait dengan varian ini tetap sangat tinggi. Varian Omicron dari Covid-19 telah disebut sebagai varian yang menjadi perhatian oleh WHO. Subvarian BA.2 Omicron adalah subvarian dari Omicron yang disebut sebagai “Stealth Omicron”. Akhir-akhir ini Omicron subvarian BA.2 merupakan jenis dominan COVID-19 secara global dan merupakan varian virus yang paling mudah menular hingga saat ini. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, BA.2 tidak terlihat lebih parah daripada jenis Omicron lainnya, tetapi dengan peningkatan besar dalam jumlah kasus, telah terjadi peningkatan rawat inap di negara-negara di seluruh dunia.

    Ketika virus beredar luas dan menyebabkan banyak infeksi, kemungkinan virus bermutasi meningkat. Semakin banyak peluang yang dimiliki virus untuk menyebar, semakin besar peluang virus untuk mengalami perubahan/mutasi. Varian Omicron lebih menular dibandingkan varian sebelumnya. Akan tetapi, vaksinasi dan mengambil tindakan pencegahan seperti menghindari tempat ramai, menjaga jarak dari orang lain, dan memakai masker sangat penting dalam membantu mencegah penyebaran COVID-19. Tidak ada informasi yang menunjukkan bahwa Omicron menyebabkan gejala yang berbeda dari varian COVID-19 lainnya. Namun, varian Omicron biasanya menyebabkan penyakit yang tidak terlalu parah dibandingkan varian sebelumnya seperti varian Delta.

    Vaksin Covid-19 yang disetujui WHO terus sangat efektif dalam mencegah penyakit parah dan kematian, termasuk dalam menghadapi varian Omicron. Vaksin memberikan perlindungan terhadap infeksi dan penyakit ringan dari varian Omicron. Itulah mengapa penting untuk terus mengambil langkah-langkah dalam mengurangi penyebaran virus.

    Hal terpenting yang dapat dilakukan masyarakat adalah mengurangi risiko terpapar virus. Cara utama untuk melindungi diri sendiri dan orang yang kita cintai adalah dengan mengenakan masker yang menutupi hidung dan mulut, memastikan tangan kita bersih saat memakai dan melepas masker, menjaga jarak fisik minimal 1 meter dari orang lain, menghindari ruang yang berventilasi buruk atau ramai, membuka jendela untuk meningkatkan ventilasi di dalam ruangan, mencuci tangan secara teratur, vaksinasi dan memeriksa otoritas kesehatan setempat untuk informasi lebih lanjut tentang vaksin Covid-19 yang disetujui yang tersedia untuk kita.

 

Pertanyaan Peserta:

Pertanyaan 1:

    Akhir-akhir ini banyak berita yang mengabarkan banyak warga yang harus mengulang vaksin dari dosis awal. Apakah ada hubungannya dengan efektivitas vaksin itu sendiri atau disebakan karena mutasi jenis virusnya? kenapa diulang dari dosis awal dan tidak dilanjutkan ke dosis selanjutnya?

Jawaban 1:

    Sebenarnya istilah booster itu, vaksin yang diimunisasi dari vaksin yg sama sebelumnya, misalnya kalo mRNA harus sama dengan mRNA. Karena booster ini adalah suatu kerja sel yang bisa memperbanyak diri berdasarkan memori yang terbentuk di awal. Memori merupakan sebuah ingatan kekebalan. Nah, kalau diberi vaksin yang baru (tidak sejenenis), maka akan membentuk memori yang baru. Itulah yang dimaksud istilah booster. Di Indonesia diduga banyak vaksin yg hampir expired sehingga terkesan bukan booster, tapi memberikan vaksin yg baru. Efek vaksin yang ditimbulkan tiap orang berbeda beda.

Pertanyaan 2:

    Tadi dikatakan, semakin banyak virus menyebar maka semakin besar pula kesempatan virus tersebut bermutasi. Pertanyaannya mengapa mutasi dari virus tersebut menimbulkan gejala yang berbeda beda dari setiap variannya? contohnya varian Delta menimbulkan banyak korban meninggal, sedangkan Omicron gejalanya bisa dikatakan ringan-ringan saja? lalu apakah varian Omicron ini suatu saat nanti bisa bermutasi menjadi varian lain yang bisa sangat berbahaya?

Jawaban 2:

    Jadi sifat dari virus itu ditentukan dari stabilitas nukleotida (teori sentral dogma). Ketika terjadi infeksi dari orang ke orang, kemungkinan bisa terjadi insersi gen (masuknya nukleotida oleh virus) atau delesi gen (pengurangan/ hilangnya nukleotida oleh virus) yang bertujuan untuk menginfeksi. Agar dengan mudah virus akan mengubah nukleotida sehingga bermutasi. Jika nukleotida berubah, maka asam amino juga berubah, peptida dan protein juga berubah. Maka sifat dari virus akan berbeda pula dan menimbulkan gejala atau symptom yang berbeda. Oleh karena itu, kita harus menjaga agar tidak tertular, karena hal tersebut sama saja kita membantu untuk menghambat mutasi dari virus itu sendiri. Jadi semakin sering virus itu menginfeksi, semakin besar pula perubahan atau mutasinya. Hal ini dapat mempengaruhi gejala-gejala yang ditimbulkan semakin parah atau justru semakin ringan, tergantung jenis asam aminonya. Contoh arginin biasanya menimbulkan gejala yang berat.

Selain itu tergantung dari:

1. Kecepatan dari splicing atau non-splicing dari spike 1 atau spike 2

2. Letak target reseptornya, contoh: neuron, epitel, atau fibroblas

3. penderita tersebut memiliki komorbid atau tidak

 

cp:

082267807278 (Arkana Rizkananda)

081235308650 (Queen Alvina)

Komentar

Postingan Populer