PRESS RELEASE VET TALK #1 : "SARS-COV 2 MUTATION: THE NEXT STAGE OF COVID-19 PANDEMIC"
Bidang Pengabdian Masyarakat, Zoonosis, dan Kesmavet (PZK) PC IMAKAHI Universitas Airlangga melaksanakan kegiatan kuliah umum pertama VET TALK 1 secara online dengan topik “SARS-CoV 2 Mutation: The Next Stage of Covid-19 Pandemic” pada Selasa (26/4). Kuliah umum ini diikuti oleh lebih dari 40 peserta. Bedasarkan perkembangan terbaru mengenai pandemi Covid-19 di Indonesia yang telah mengalami mutasi dan menghasilkan varian baru cukup meresahkan masyarakat. Banyak dugaan berkaitan efek mutasi yang terjadi, antara lain dapat memengaruhi vaksin digunakan, memengaruhi tingkat fatalitas penyakit dan masih banyak lagi. Berangkat dari dugaan tersebut kuliah umum ini dilaksanakan dengan harapan mampu menjawab dan meninjau informasi yang beredar berdasarkan fakta sains yang ada.
Kuliah umum dimulai dengan pemaparan materi yang disampaikan oleh drh. Martia Rani Tacharina, M.Si. dosen dari Departemen Mikrobiologi dengan bidang keahlian Virologi Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. Pada sesi pertama pembahasan menyorot pada perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia, konsep dasar mutasi pada virus, dan perkembangan mutasi virus yang di tinjau dari GSAID. Selain itu, pembahasan dilanjutkan dengan macam mutasi yang ada di Indonesia serta efek yang ditimbulkan serta dampak mutasi pada vaksin yang ada. Pada sesi kedua dilanjutkan dengan sesi tanya jawab antara peserta dengan pembicara.
SARS-CoV 2 merupakan virus positif Single Stranded RNA dengan panjang 29,9 Kb berbentu pleomorfik bulat, memiliki 12 fungsional protein, dan memiliki 4 struktural proteins : S,N,M dan E. Protein structural ini dapat digunakan sebagai pemetaan imunogenik yang dikenali antibodi sehingga mampu menimbulkan kekebalan. Melihat komponen penyusun materi genetik SARS-CoV 2 yaitu RNA mengakibatkan peluang terjadinya mutasi lebih tinggi, sehingga tidak heran jika saat ini telah terjadi kasus mutasi virus. Dari kuliah umum ini disebutkan bahwa mutasi pada virus secara umum dapat terjadi melalui 3 mekanisme, yaitu delesi, insersi, dan subtitusi. Delesi berarti menghilangnya salah satu dari basa nitrogen dari nukleotida. Insersi adalah penambahan satu basa nitrogen dari nukleotida. Sedangkan subtitusi adalah penggantian basa nitrogen dengan yang baru. Beberapa mekanisme mutasi tersebut dapat mengubah protein yang dibentuk.
Per 24 April 2021 berdasrkan GSAID variasi genetik virus SARS-CoV 2 terdapat lebih dari 1,2 juta variasi genom dimana 1.100 diantara berasal dari Indonesia. Jenis mutasi terjadi di Indonesia antara lain D614G, S116C, Q667H, N439K. Pada S116C terdapat perubahan komposisi genetik virus induk di Wuhan pada awalnya S berubah menjadi C pada basa 116, selain itu asam amino D berubah menjadi asam amino G pada 614, dan yang paling menarik Q667H yang awalnya protein Q berubah menjadi H dan pertama kali ditemukan di Surabaya. Mutasi tersebut merupakan hal yang penting karena mempengaruhi saat proses fusion dengan sel inang, sehingga hal ini sangat penting untuk penetuan efektivitas vaksin di Indonesia. Mutasi lain terjadi pada tipe N439K yang mampu menghindari antibodi yang sudah terbentuk.
Menurut pemetaan GSAID, SARS-CoV 2 digolongkan menjadi beberapa clade . Clade merupakan kelompok taksonomi berdasarkan moyang yang sama. Pembagian terdiri dari Clade G,GH, GR, L, O S, V dimana masing-masing clade tersebut memiliki kemampuan virus yang sudah berubah dari induknya yaitu Pneumonia Wuhan. Pada Clade G, GH, GR terjadi intensifikasi pada proses infeksi dan meningkatkan tingkat keparahan infeksi. Clade L merupakan kelompok asli dari Wuhan, dan Clade O,S,V masih belum teridentifikasi.
Melihat banyaknya varian serta mutasi yang ada disebabkan karena pola infeksi ke tubuh inang yang tinggi. Langkah yang paling awal untuk menyikapi permasalahan ini adalah dengan tetap menaati protokol kesehatan yang ada. Dengan mencegah virus untuk tidak menginfeksi tubuh inang maka akan memperlambat mutasi yang terjadi. Selain itu, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan untuk mengungkap dampak mutasi yang belum teridentifikasi, serta penelitian virus dan vaksin harus berjalan sehingga mampu mempercepat penemuan vaksin yang dapat digunakan dalam kondisi pandemi ini.
Komentar
Posting Komentar